Rabu, 14 Januari 2009

Lelaki yang Datang Lewat Mimpi


Mimpi itu telah datang tiga hari berturut-turut dalam tidur gadis berjilbab lebat. Rahma nama perempuan itu. Lengkapnya Rahma Syifa. Mimpi itu merasuk ke dalam benaknya. Dan benar-benar mengganggu perasaannya. Malam-malam berikut ia malah sampai tak bisa tidur lantaran selalu menebak-nebak apa sebenarnya makna disebalik mimpi itu? Satu mimpi yang datang tiga kali berurutan di tiga malam berbeda. Sebuah mimpi yang membuat hatinya bergetar. Mimpi yang seperti bukan mimpi padahal itu adalah sebenar-benarnya mimpi.

Dalam tidurnya Rahma memimpikan ada sesosok lelaki yang datang menghampiri ketika dirinya tengah duduk-duduk di masjid. Lelaki itu tersenyum mendekati. Tanpa disangka-sangka sebelumnya, ia mengajak Rahma shalat empat rakaat di masjid di tengah hari. Saat mimpi, ia merasakan seperti sebenar-benarnya duduk dalam teras masjid. Ia merasakan benar bagaimana ia shalat seperti halnya orang shalat. Ia merasakan benar senyum yang tanpa kata-kata itu, tapi ia memahami kata-kata yang terangkum terkulum senyum. Adakah mimpi itu menyiratkan pesan, akan datang seorang lelaki yang akan melamar lalu menikahinya?

Di hari pertama bermimpi memang tak begitu tampak jelas siapa lelaki itu. Wajahnya samar, tapi dari senyumnya ia kelihatan sosok lelaki yang baik hati. Senyum yang penuh keikhlasan. Rahma mencoba meraba-raba, mengarah pada beberapa nama lelaki yang ia kenal dan ia mengenalnya namun tak jua ia temukan siapa sosok laki-laki dalam mimpi. Rahma terbangun dalam mimpinya seusai salam.

Malam kedua tetap sama. Wajah lelaki itu masih samar. Dan benar-benar membuatnya penasaran. Mimpi Rahma pun masih sama. Duduk di teras masjid, ada lelaki datang tersenyum, lalu mengajak shalat, dan entah kenapa ia menurut saja. Hanya ada sedikit gambaran yang hadir dalam mimpi itu. Lelaki itu mengenakan baju koko hijau pupus.Tapi detil wajah, tak mampu ia gambarkan meski hanya dalam sketsa. Apa yang ia alami di mimpi kedua pun masih sama: ia terbangun seusai salam penanda shalat telah usai.

Malam ketiga baru semuanya terjawab. Wajah lelaki dalam mimpi itu sudah tak samar lagi. Rupa tampak begitu jelas. Mimpi-mimpi sebelumnya seperti meninggalkan sketsa wajah. Hari ketiga itulah penyempurnaan sketsa itu dalam rupa sesunguhnnya. Dan subhanallah, Rahma benar-benar mengenal lelaki itu! Lelaki itu ia kenal lewat tulisan-tulisannya di koran. Tapi bagaimana bisa datang lewat mimpi, itu yang ia tak tahu.

Rahma memang mengenalnya lewat tulisan. Juga saat kesempatan acara pelatihan jurnalistik di kampus. Saat itu Rahma sebagai peserta, dan ia pembicara. Rahma memang sempat dibuat kagum mendengar ketika ia berbicara, juga kagum saat membaca tulisan-tulisan lelaki itu yang menawan. Gaya bahasanya benar-benar memikat. Sudah. Hanya sebatas itu.

Tapi mimpi itu? Bagaimana bisa sosok lelaki yang tak mengenalnya bisa hadir dalam mimpi? Dan yang lebih Rahma tak tahu, dan membuat ia terheran-heran, mimpi itu datang tiga hari berturut-turut dengan ritme berbeda. Alur dalam mimpi itu layaknya kamera yang mencari titik fokus. Awal terlihat samar, tapi ketika menemukan titik fokus baru objek terlihat jelas. Apa yang Rahma alami menyisakan pertanyaan sangat mendalam. Pertanyaan yang membutuhkan jawaban, berupa sebuah tafsir mimpi yang ia merasa seperti bukan mimpi. Ia merasa tak kuasa mengalami mimpi yang tak biasa. Hatinya benar-benar tak bisa diterka. Bahagia, berdebar, takut, dan malu.
***
Sedemikian mengganggu perasaannya, Rahma pun memberanikan diri memberi tahu lelaki yang datang lewat mimpinya melalui SMS. Nomor handphonenya ia dapatkan dalam curiculum vitae saat ia ikut sebagai peserta pelatihan jurnalistik. Rahma mencatat dalam block note ketika itu. Gelombang elektromagnetik membuatnya berani mengatakan sesuatu yang sifatnya rahasia tanpa harus berhadapan, bertatap wajah, bertemu muka.

Melalui SMS, pesan ia tuliskan. Ia menuliskannya tak seperti layaknya SMS. Kata-katanya hampir tak ada yang disingkat. Rahma sempat berpikir, akankah dirinya lancang membicarakan ini kepada seorang lelaki yang ia kenal, tapi lelaki itu tak mengenalnya? Ia memang telah berpikir seribu kali melakukan ini. Tapi sebuah penasaran yang sangat, perasaan yang entah, rasa ingin tahu yang mengganggu, membuatnya ia benar-benar berani. Dan akhirnya ia pun benar-benar melakukannya.

***
Di sebuah desa kecil di Tegal, yang jaraknya 80 kilometer dari kota di mana Rahma tinggal, handphone seorang lelaki menimbulkan nada pesan diterima. Seketika lelaki itu membuka pesan itu yang muncul dari nomor tak dikenal. Ia lalu membacanya.

“Assalamualaikum. Mohon maaf seandainya saya mengganggu. Sudah lama saya tidak pernah melihat di Cirebon. Kalau boleh tahu, sekarang tinggal dimana? saya berharap kau mau membalas sms ini, karena beberapa hari ini saya memimpikanmu. Maaf kalau saya lancang, ini bukan dibuat-buat. Datang dengan sendirinya. Terimakasih. Saya Rahma.”

Awal Rahma ragu untuk menuliskan namanya dalam pesan itu. Tapi ia yakin, kalau lelaki itu pastinya akan bertanya balik mengenai siapa ia sebenarnya. Setelah menungu lumayan lama, pesan itu pun berbalas. Rahma senang bukan main mendapat balasan sms yang sebenarnya memang ia tunggu-tunggu.

“W3. Kok bisa begitu? Rahma yang mana ya, brgkali sy lupa. Ap kita sdh saling kenal?”

Rahma membalas lagi.

“Saya pun tidak tahu. Mungkin lupa karena kau orang yang cukup dikenal. Saya ingin kau memberikan solusi atau tafsiran tentang mimpi saya.”

Lelaki itu mengabaikan pesan balasan Rahma. Seperti tak mau ambil pusing orang iseng.

“Sebelumnya saya sudah mengenal dari tulisan di koran dan saat mengisi pelatihan di kampus. Kalau saya tafsirkan takut di bilang lancang karena mimpi saya alami tiga beturut-turut.”

Masih abaikan pesan. Tetapi pesan berikutnya selalu datang.

“Mimpinya, saya duduk di teras masjid tiba-tiba kau datang dengan mengenakan koko hijau. Kau tersenyum, dan mengajak saya shalat. Entah kenapa saya nurut. Maaf kau saja yang menafsirkan sebelum saya.”

Tetap lelaki itu tak membalas pesan. Selang hampir satu jam, pesan berikut datang. Ada kata maaf. Namun lelaki itu tetap membacanya dengan perasaan yang mungkin terganggu.

“Gimana tafsirannya? Maaf saya terlalu terburu-buru karena mengganggu hati saya.”

Masih saja tak berbalas. Hampir Rahma kecewa. Tapi ia tak berhenti. Serangan SMS terus dilancarkan.

“Kenapa kau tidak memberi tahu saya tafsirannya. Hati saya benar-benar terganggu, dan menjadi penghalang bagi saya dalam bertaqarub pada Allah.”

Lelaki itu terkejut mendapat pesan terakhir yang ia baca. Awal sebenarnya ia tak ingin meladeni. Tapi ia justru bergetar ketika dirinya menjadi penghalang seseorang kepada Tuhan. Rahma menyebut nama Allah! Sebuah NAMA yang begitu menggelisahkan hatinya. Akhirnya ia pun membalas pesan itu, dengan mencoba menebak terkaan tafsir apa yang dialami Rahma. Lewat rekaman mimpi yang dikirim lewat SMS, diam-diam lelaki itu menafsirkan mimpi Rahma.

“Bismilahirahmanirahim. Biar kutebak. Apa kau menafsirkan sosok lelaki itu akan datang membawa niat suci meminta jadi imam dalam hidupmu? Berharap saja yang terbaik sama Allah!”

Rahma bahagia bukan main mendapat balasan itu. Bahagia lantaran jawaban itulah yang sebenarnya yang ia harapkan. Entah kenapa sejak mimpi itu, pikirannya selalu tertuju pada sosok lelaki yang hadir dalam mimpi. Ia mengenalnya, tetapi tidak untuk sebaliknya. Tapi ia tak peduli. Yang penting ia bahagia. Sedemikian bahagianya, sampai-sampai tanpa sadar ia membalas pesan yang sebenarnya membuat ia malu dan terjebak dalam perangkap yang ia buat sendiri.

“Bolehkah aku mendengar suaramu?”

Begitu pesan yang tertulis di alam bawah sadar. Melihat pesan yang sudah terkirim ia terkejut bukan main. Ia bingung harus berbicara apa kalau nantinya lelaki itu benar-benar menelepon!

“Boleh. Telepon aj skrg. Pulsaku g cukup buat nelp,” balas lelaki itu.

“Saya telpon tapi kau saja yang ngomong ya.”

Lagi-lagi ia menuliskan pesan singkat lagi. Ketika menuliskannya ia seakan berada dalam alam bawah sadar. Saat menerima pesan, lelaki itu tersenyum tanpa berkata-kata. Mungkin membayangkan apa sebenarnya yang sedang dialami perempuan bernama Rahma Syifa itu? Tapi dengan satu kata, lelaki itu membalas pesan. Hanya satu kata dengan tiga titik di belakangnya.

“Boleh...”

Dengan hati berdebar Rahma mendengar suara lelaki itu lewat bantuan gelombang elektromagnetik! Hanya lelaki itu yang bicara, dan tidak untuk Rahma.

Dan...inilah perbincangan searah lewat telepon antara Rahma dan lelaki itu.

“Assalamualaikum. Baru kali ini aku menemui sosok aneh seperti Rahma. Menelepon tapi tak mau bersuara. Tapi tak apa. Oh ya, masalah mimpi sebenarnya...” Klik!! Telepon itu langsung Rahma matikan. Entah karena malu atau bahagia. Lisan Rahma benar-benar tak mampu berkata-kata. Lelaki itu hanya tersenyum. Tersenyum!

Tegal, 12 Januari 2009
Selesai Pukul 17.03 WIB